___NyanYiaN PeRjaLanaN___
Sunday, February 29, 2004

yup hahaha... ^_^
lengkap sudah semuanya
makasih banyak chal!

posted by adhip @ dalam hening kata, kala 10:24 AM  
|
Friday, February 27, 2004
Kamar tiga kali tiga

Tiap kali menyusuri setapak menuju kampus, saya selalu berharap jendela kamar itu terbuka. Penanda pemiliknya ada. Berkunjung sejenak, sekedar menyapa dan bertanya rencana kegiatannya.
Tiap kali menyusuri setapak menuju rumah -bila tidak pulang bersamanya- saya selalu berharap jendela kamar itu terbuka. Penanda penghuninya ada. Berlamalama, sekedar tetirahan melepas penat dan tawa. Dan biasanya, ruangan kecil ini akan dipenuhi tawa tetamu lainnya -bukan hanya saya.
Ya, ruangan kecil. Kamar ukuran tiga kali tiga meter. Satu dari sekian banyak kamar pondokan di sekitar kampus unhas tamalanrea.

Masih jelas dalam ingatan, tiap detil perubahan kamar ini. Usai subuh -berharap penghuni kamar-kamar lainnya masih enggan beranjak dari pembaringan- saya membopong kasur gulung tipis (maklum, jaim). Benda pertama yang mengisi ruangan ini. Dinding kamar semula kusam, dipoles warna krem yang dikemudian hari berubah biru langit. Terpal plastik bermotif papan catur menutupi lantai semen kasar. Tetap saja terasa dingin hingga karpet biru tua melapisi seluruh lantai. Kasur kapuk menumpuk kasur gulung tipis, berselimut sprei bergambar pikachu dan psyduck, bergantian dengan corak kembang. Meja belajar yang cukup berat, untuk mengangkutnya perlu memakai jasa open cap milik satpam. Lemari pakaian plastik yang tak bertahan lama, berganti lemari kayu kokoh. Akuarium kecil buatan tetangga, dengan isi yang terus berganti. Berujung kesedihan, dan akhirnya dibiarkan kosong. Speaker, tv akira, pemutar vcd dan mpeg3 dengan merek tidak jelas, menjadi benda terakhir pengisi kamar, menjelang akhir tahun perkuliahan.
Masa bodoh dengan feng shui untuk menata kamar, yang penting terasa lapang.

Kamar tiga kali tiga, terlalu sempit memang jika lima atau enam tetamu bersamaan rerebahan, melepas lelah seusai kuliah. Tapi tak membatasi cerita yang kan mengalir. Tentang kami, kuliah, soalsoal ujian, cinta, guyonan dan tawa. Sesekali menyemangati pemilik kamar menyajikan cemilan. Bila ia tak bergeming karena masa paceklik, maka tetamu harus sadar diri. Saling berpandang, berharap akan ada penyumbang dana. Atau bersiaplah untuk memulai episode gerilya. Coca cola botol besar, es batu, teh botol, teh celup, goreng pisang, goreng sukun, sepiring sambal, sebungkus biskuit atau warung surabaya. Hingga, satu persatu tetamu beranjak pergi.
Kamar tiga kali tiga, selalu saja lapang untuk memberi kenangan. Dalam sebuah bingkai persahabatan.

Tiap kali menyusuri setapak, kini saya tahu pasti jendela itu tertutup rapat. Jelang sebulan sejak pemiliknya di rantau. Hanya memandang sekilas, sekedar memilahmilah kenangan yang hendak diputar ulang.
Hei... rendezvous yuk...


jendela kamar ini bakal tertutup rapat hingga bulan sepuluh, menunggu penghuni baru akan membuka jendela kembali. soalnya masa sewa baru habis bulan itu, dasar teman saya gak mau rugi ^_^

posted by adhip @ dalam hening kata, kala 2:35 PM  
|
Thursday, February 26, 2004
Jangan sampai terjangkiti DBD

Itu saran saya. Salah satu pencegahannya, ya 3M. Menguras penampungan air secara rutin, menutupi tempat-tempat penyimpanan air bersih, dan mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air. Seperti yang sering terlihat di tipi dan terbaca di leaflet serta poster-poster layanan masyarakat. Berhubung daya jelajah nyamuk aedes aegepty dan aedes albopyctus betina dapat mencapai 50 - 100 meter, bukan hanya rumah sendiri saja yang di 3M kan, tapi juga rumah tetangga. Sok atuh, kerja bakti ^_^
Bagaimana jika sudah terjangkiti? Benar.. yakin.. terjangkiti demam berdarah? Baca yuk postingan di bawah, semoga saja ada manfaatnya.

Demam berdarah dengue atau biasa disingkat dengan DBD merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus dengue dengan gejala utama demam dan manifestasi perdarahan pada kulit ataupun bagian tubuh lainnya yang bertendensi menimbulkan renjatan dan dapat berlanjut dengan kematian.
Untuk mendiagnosa penyakit DBD ini, tenaga medis akan memakai patokan gejala klinis dan laboratorium.
Gejala klinik :
1. Demam tinggi, mendadak, terus menerus selama 2-7 hari. Jadi jika saja setelah mengkonsumsi penurun panas dan tetap saja kembali demam, waspadalah. Jika saja demam terjadi pada waktu tertentu saja, misal sore dan malam hari, kemungkinan menderita tipes. Kalau demam sudah melewati 7 hari, selamat, anda terbebas dari DBD, tapi kemungkinan menderita penyakit lain :p
2. Manifestasi perdarahan, baik yang di provokasi melalui uji torniquet (rumple leede) atau perdarahan spontan seperti muncul bintik-bintik merah di sekujur tubuh (bila kulit diregangkan, bintik merah menghilang) atau mimisan, muntah darah, serta buang air besar darah (melena), ditandai dengan kotoran berwarna hitam seperti ter.
3. Pembesaran hati, dapat teraba di bawah tulang rusuk kanan.
4. Renjatan, sudah masuk dalam fase syok. Dapat dinilai dengan mengukur tekanan darah dan denyut nadi.

Pemeriksaan Laboratorium
1. Trombositopenia : trombosit < 150.000/mm2
2. Hematokrit >20% atau meningkat secara periodik (sebaiknya hematokrit diperiksa 3x berturut-turut tiap jam.

Cukup dua kriteria klinis dan 2 kriteria laboratorium tadi untuk mendiagnosis suatu DBD. Beratnya penyakit DBD ini dapat dibagi dalam 4 derajat :
1. Derajat I : demam disertai gejala infeksi yang tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan yaitu uji torniquet positif (singkirkan penyebab demam lainnya, tonsilitis atau amandel pada anak-anak yang paling sering)
2. Derajat II : derajat I disertai dengan perdarahan spontan.
3. Derajat III : masuk dalam fase renjatan, denyut nadi menjadi cepat dan lemah serta hipotensi.
4. Derajat IV : nadi tak teraba lagi.

Untuk DBD tanpa renjatan (derajat I dan II) disarankan untuk minum yang banyak. Khusus untuk anak-anak yang terkadang rewel sehingga intake cairan tidak terjamin dan sering muntah, pemberian cairan melalui infus diperlukan.
Sedangkan DBD dengan renjatan mutlak memerlukan pemberian cairan infus dengan tetesan cepat hingga fase syok teratasi. Transfusi darah diperlukan pada penderita yang mengalami muntah darah dan melena.

Kesimpulannya, kalau ada tetangga yang positif terjangkiti DBD, dan sekarang mas, mbak, kang, neng, pak bu, om mengalami gejala demam yang tidak turun-turun juga (biar sudah nelan banyak penurun panas) periksakan segera. Minta pak dan bu dokternya melakukan uji torniqute, karena ini pemeriksaan yang paling sederhana. Jangan takut di bilang sok tahu sama si dokter, kalau perlu gontok-gontokan pisan. Dokternya ngedumel, jitak wae ^_^ Perbanyak intake cairan bila dalam keadaan demam, kalau perlu kompres dengan air hangat. O iya, yang paling harus diwaspadai jika menderita demam berdarah adalah hari ketiga hingga hari kelima serangan, karena diwaktu ini fase renjatan (syok) terjadi. Semoga sehat selalu, tidak menjadi korban DBD.

*) uji tourniquete (rumple leede test) : sebelumnya akan dilakukan pengukuran tekanan darah terlebih dahulu, lalu hasil pengukuran tekanan darah siastole dan diastole dijumlahkan dan dibagi dua. Hasilnya digunakan sebagai tekanan untuk membendung aliran darah di lengan, dilakukan selama 5 menit. Untuk itu, lengan akan terasa kesemutan dan nyeri. (misal, tekanan darah anda 120/80 mmHg, maka aliran darah akan dibendung pada tekanan 100 mmHg) Hasil dinyatakan positif bila ditemukan bintik-bintik merah (peteki) pada lengan yang dilakukan uji torniquete minimal 20 buah dalam lingkaran dengan diameter 1,5 cm atau 1 inchi.

posted by adhip @ dalam hening kata, kala 11:00 AM  
|
Tuesday, February 24, 2004
Stagnasi

Bening mata, lengking tangis. Bersama hirupan dan hembusan nafas pertama.

Mulanya tunas, menyeruak mencari cahaya. Akar yang meresap poripori tanah, menopang kokoh dahan, ranting, daun. Semakin menjulang, kelak ia kan memberi keteduhan.

Meniti waktu. Subuh, fajar, pagi, siang, sore, senja, malam. Semua berubah.
Dan saya, diam tak bergeming. Berharap waktu terhenti, memilih semuanya sama.

Barangsiapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin maka dia celaka.
Barangsiapa yang hari ini sama dengan hari kemarin maka dia merugi.
Barangsiapa hari ini lebih baik dari hari kemarin maka dia beruntung.(al hadist)


Dan saya...


posted by adhip @ dalam hening kata, kala 1:01 PM  
|
Saturday, February 21, 2004
Happy muharram's day



kita cuma musafir di dunia yang fana
meraba arah dalam gulita
mencari terang cahaya
kita hanya musafir meniti shirathal mustaqim
setipis tujuh irisan rambut
dan neraka menganga di bawahnya
dan surga menanti di ujung jalan


*) toto st radik

posted by adhip @ dalam hening kata, kala 3:29 PM  
|
Thursday, February 19, 2004
Ia membuatku kagum

Secara cepat penggalan-penggalan kenangan berputar mundur. Terhenti pada sebingkai memori yang tersimpan rapih dalam lekuk-lekuk otak. Sebingkai fragmen masa kanak-kanak di sebuah kota kecil, Luwuk Banggai.

Jam pulang sekolah. Beberapa teman berteriak riang, dengan tubuh membungkuk menangkap sesuatu di halaman rumput sekolah yang sudah beberapa hari tergenang air. “Lihat, saya dapat.” Teriak seorang teman girang. Ia mendekat, memperlihatkan tangkapannya yang berenang-renang di air dalam tangkupan kedua telapak tangannya. Ikan kecil berwarna hitam dengan bentuk yang lucu. Kepalanya besar membulat dengan badan dan ekor ramping memanjang. Kulitnya tidak bersisik, halus lembut seperti beludru. Segera saya melepas sepatu, bergabung. Berteriak riang dalam kecipak air yang mulai keruh.

Perjalanan pulang ke rumah. Saya bukan penangkap yang baik seperti teman lainnya. Hanya dua ekor yang berhasil berpindah tempat. Dari genangan air luas halaman sekolah, ke selingkup sempit bekas tempat sabun colek. Berjalan dengan hati-hati, mencegah airnya tumpah dan berkurang. Langkah terhenti ketika melintas rumah dan mendengar teriakan memanggil nama saya. Rumah dan suara yang sangat saya kenal, rasanya ingin segera berlalu dari situ. Gadis kecil berambut panjang dikuncir, dengan poni menutup dahinya. Bertelanjang kaki dan masih memakai seragam putih merah. Teman perempuan, hanya saja kami berbeda sekolah. Tepatnya, kami saling mengenal karena perkawanan kedua orangtua kami. Dan tidak tahu kenapa, saya selalu malu bertemu dengannya.
“Apa itu yang ada dalam bekas sabun?”
“Ikan. Tadi saya tangkap di sekolah,” jawabku bangga, mengalahkan rasa malu bertemu dengannya. Lalu, saya menuangkannya ke genangan air di sisi jalan. Kami jongkok, biar dapat mengamatinya lebih dekat.
“Itu bukan ikan,” teriaknya. “Itu kecebong.”
Saya bingung. “Apa itu?” tanya saya dengan mimik blo’on.
“Anak kodok. Nanti kalau besar akan ada kakinya, terus ekornya menghilang,” jelasnya dengan wajah sumringah. Saya hanya diam, terkagum-kagum mendengar penjelasannya.
“Itu kecebong,” teriaknya lagi sambil tertawa.
Ia membuat saya kagum dan semakin malu bila bertemu dengannya. Mungkin saja pipi saya bersemu merah saat itu. Yang jelas saya bergegas pulang, meninggalkan bekas tempat sabun colek yang tergeletak begitu saja dan dua kecebong dalam genangan air di tepi jalan.

*)buat dua kebongce.. eh, kecebong malang, maapin ane ye!

posted by adhip @ dalam hening kata, kala 8:48 PM  
|
Tuesday, February 17, 2004
Totto-chan : gadis cilik di jendela

Saya menyukai tempat ini. Tiap kali saya mengunjungi salah satu pusat perbelanjaan di makassar, tujuan utama pasti gramedia. Dan saya bisa berlama-lama di tempat ini. Berdiri di depan rak buku satu ke lainnya, membuka halaman per halaman atau hanya sekedar membaca ringkasan di sampul belakang buku (berhubung bukunya tersampul plastik, dan di rak sudah terpasang peringatan untuk tidak membukanya).
Beberapa pekan yang lalu ketika ke tempat ini, saya membeli buku Totto-chan : Gadis cilik di jendela. Isi buku ini tentang keseharian tetsuko kuroyanagi, penulis, semasa sekolah dasar. Totto-chan , demikian nama kecil penulis, dikeluarkan dari sekolah lamanya karena dianggap badung. Di sekolah yang baru, tomoe gakuen, totto-chan merasa betah. Kelasnya terbuat dari gerbong-gerbong kereta api dan murid dibebaskan untuk memilih urutan pelajaran yang mereka senangi. Berjalan-jalan sambil belajar, dan juga petani menjadi guru mereka. Keren bukan?
Membaca buku ini, saya membandingkan dengan semasa sd dulu. Di sini, rambut tidak boleh panjang. Harus seragam, gundul. Hanya menyisakan sedikit rambut bagian depan (tahu potongan rambutnya sukma ayu yang di sinetron kecilkecil jadi manten? Seperti itulah). Ketika masuk jam pelajaran, salah seorang teman dengan tulisan terbaik, menulis di papan. Sisanya, kami dengan tenang menyalin. Setelah itu diberi oleh-oleh pekerjaan rumah. Mungkin yang agak menyenangkan pelajaran pkk, sewaktu praktek memasak. Walaupun yang makan pertama para guru tercinta. Saya juga sangat takut dengan salah satu guru perempuan yang terkenal galak. Sampai-sampai kalau main sepeda di sore hari, memilih untuk tidak melewati rumahnya.
Sangat jauh berbeda dengan mr. kobayashi, pendiri tomoe gakuen. Ia sangat dekat dan disayangi murid-muridnya. Mereka merasa aman, hangat dan senang bersama mr. kobayashi. Sayangnya, tomoe gakuen tidak bertahan lama. Sekolah ini habis terbakar ketika pesawat-pesawat B29 amerika menjatuhkan bom-bomnya. Perang, memaksa totto-chan mengakhiri keriangan masa-masa sekolahnya.
Saat ini di Indonesia ada nggak ya sekolah semacam tomoe gakuen itu?
________________________

Update
coba buka sekolah alam, menyerupai tomoe gakuen?

kelasku terlihat jelas keunikanmu
terbuat dari kayu
dan berada di alam bebas
angin berhembus
matahari bersinar
masuk ke kelasku
yang tak berjendela
dengan rizqi yang berbeda-beda

(kelasku yang unik, fachri husaini, siswa SD-5)

*) makasih buat luthfie untuk infonya

posted by adhip @ dalam hening kata, kala 7:55 PM  
|
Sunday, February 15, 2004
Ayah membawa rembulan

Dua hari yang lalu, ayah membawa rembulan. Ya, rembulan yang biasa menggantung di langit malam. Rembulan sebesar bola volley itu diletakkan di atas meja makan. Segera, semburat kuning emasnya memenuhi seluruh rumah. Sudutsudut dinding, langitlangit, kursi, lemari bahkan kolong meja menjadi keemasan karenanya. Kami mengelilinginya, memandang takjub. Lalu kami tergelak tawa ketika satu sama lain saling berpandangan. Tubuh kami menjadi keemasan. Dan langit malam saat itu bertabur bintang tanpa rembulan.
Kemarin, rembulan sebesar bola volley itu masih berada di atas meja makan. Dan kami tetap mengelilinginya, memandang takjub. Tapi kali ini, bukan semburat kuning emas. Sudutsudut dinding, langitlangit, kursi, lemari dan kolong meja menjadi putih keperakan karenanya. Kami tertawa ketika satu sama lain saling berpandangan. Dan langit malam saat itu, kelam tersaput mendung.
Hari ini, rembulan sebesar bola volley itu masih berada di atas meja makan. Dan kami tetap mengelilinginya, memandang heran. Kali ini, sudutsudut dinding, langitlangit, kursi, lemari serta kolong meja tampak seperti biasanya. Seperti ketika rembulan itu belum berada di atas meja makan. Rembulan kini berwarna kusam. Seperti bola volley yang terlalu sering menghantam lantai lapangan, yang berkalikali menyentuh tangan. Kami terdiam ketika satu sama lain saling berpandangan. Rembulan yang ayah bawa hanyalah imitasi. Bukan rembulan yang biasa menghiasi langit malam. Dan langit malam saat ini, penuh bertabur bintang dan penggalan kecil rembulan. Ada pilu dan resah di sorot mata ayah.
Esok, kami meminta engkau tidak membawa rembulan lagi. Tapi sekeping biji. Yang akan ayah benamkan dalam tanah yang telah kau gemburkan. Dan kami, akan senantiasa menebar pupuk di sekelilingnya, menyiraminya dikala terik dan kering. Tak perlu saling menunggu ketika ada yang lupa. Kelak, dari biji itu akan muncul tunas, dahan, ranting dan kelopakkelopak berwarnawarni. Ketika memetiknya bukanlah sebuah kehinaan. Seluruh rumah, sudutsudut dinding, langitlangit, bahkan kolong meja akan dipenuhi semerbak harum kelopakkelopak itu. Kita mengelilinginya, dan tersenyum ketika satu sama lain saling berpandangan.

posted by adhip @ dalam hening kata, kala 9:20 AM  
|
Friday, February 13, 2004
Kyoro chan

Saban pagi hari sehabis menyimak berita di tv, biasanya channel beralih ke film kartun. Dan kartun yang sering saya tonton itu kyoro chan yang tayang di tv7 tiap hari senin sampai sabtu, jam setengah delapan waktu makassar (ketularan sama ponakan ;p hehehe...). Film kartun ini lucu juga, kadang-kadang bisa ngebuat ngakak (apa ambang humor saya yang rendah ya?). Ceritanya tentang keseharian kyoro, bocah eh burung kanak-kanak polos, tinggal di pulau enzel yang seluruh warganya adalah burung. Sahabat-sahabatnya ada miken si ilmiah, pacikuri yang bandel dan kurin, adik maskara pengusaha roti. Selain sosok kanak-kanak itu, juga ada tokoh dewasa seperti ibu metori yang biang gosip dan sempet membuat koran gosip yang laku keras. Ada inspektur guri guri yang tak lain adalah si pencuri misterius giros, tokoh pahlawan robin hood ala pulau enzel. Dan korbannya don jirori, orang terkaya yang serakah dan tamak. Tidak ketinggalan perdana menteri dementon yang korup, yang terus bersaing dengan rogan, kakek tua yang tak kalah culasnya dalam berebut pendukung. Keduanya juga menjadi sasaran pencuri misterius giros. Kadang kepikiran juga, apa film kartun ini memang untuk tontonan anak atau juga mencari segmen dewasa? seperti halnya crayon sinchan yang harus diberi label BO alias bimbingan ortu. Ada yang tahu? Pada suka nonton film kartun juga, tidak?

posted by adhip @ dalam hening kata, kala 8:58 AM  
|
Thursday, February 12, 2004
Jejak-jejak yang tertinggal

Siang di sebuah pusat perbelanjaan. Hampir sejam saya terlambat, memenuhi janji bertemu dengan seorang sahabat. Terburu-buru saya memasuki pusat perbelanjaan tersebut, mengikuti arus pengunjung yang cukup ramai. Dan ketika berada di depan dua lelaki, seorang memegang alat pembersih lantai dan seorang lainnya memegang kertas tebal yang ia gunakan sebagai kipas, refleks saya memandang ke lantai. Duh, jejak-jejak sepatu berwarna coklat dan hitam teringgal di lantai yang belum kering sempurna. Bukan hanya jejak saya, tapi juga jejak-jejak lainnya. Hanya sepotong kata maaf yang meluncur, dan saya segera bergegas meninggalkan mereka, menemui sahabat yang mungkin mulai jenuh dan kesal. Syukurlah, tumpukan buku di gramedia dapat mengatasi rasa jenuh dan kesalnya. Dari gramedia kami berpindah tempat. Sesaat saya melihat ke lantai dasar, ke arah dua lelaki tadi. Arus pengunjung yang semakin ramai, dan jejak-jejak alas kaki yang tertinggal. Maaf, seharusnya tadi saya memilih jalan lainnya. Dan bukannya meninggalkan jejak-jejak itu. Maap.

___________________________

Selasa pagi lalu, saat membuka rumah maya ini dan membaca pesan yang tertinggal dari dedy. Seorang sahabat, wiwi irawan, dalam keadaan kritis akibat terkena badai di gunung bawakaraeng. Segera saja mencari informasi terbaru tentang kondisinya ke beberapa rekan yang lain, tapi informasi yang didapat masih simpang siur. Alhamdulillah, siang harinya, dari teman-teman yang ikut mengevakuasi, kabar tentang wiwi menjadi jelas. Kondisi fisiknya saat itu sudah membaik. Dua sahabatnya, muhammad ikhsan hatta dan alawi hasymy faruki meninggal dunia. Semoga Allah melapangkan kuburan mereka, dan menerima segala amal baiknya.

posted by adhip @ dalam hening kata, kala 7:51 PM  
|
Sunday, February 08, 2004
Lampu jalan

Di atas pete-pete kampus dalam perjalanan menuju warnet, barusan. Karena kebutulan lokasi rumah yang berdekatan dengan kampus unhas tamalanrea, tiap kali hendak bepergian dengan menggunakan jasa pete-pete, saya cukup berjalan kaki sebentar ke dalam kampus. Di dalam kampus ini, tinggal milih trayek mana yang akan dinaiki. Hitung-hitung olahraga buat menguruskan badan yang sampai sekarang tidak turun-turun juga. Alasan kedua, berhemat, atau malah pelit ya? hehehe... kalau naik becak keluar kompleks ke jalan utama yang dilalui pete-pete, butuh ongkos duaribu perak. Mending dua ribu peraknya dipake buat ngenet, bisa online sejam.
Kembali ke kalimat pembuka. Sewaktu di atas pete-pete, ada penumpang lainnya. Sepasang suami istri. Dari logat bicaranya, dapat dipastikan bukan asli makassar. Rupanya mereka sedang membicarakan kerabatnya yang kuliah di politeknik makassar (politeknik makassar berada dalam satu lokasi dengan kampus unhas).
"Kampus politekniknya di mana ya?" si bapak bertanya ke istrinya.
"Katanya di sebelah belakang." jawab si ibu singkat. Saya yang mendengarkan cuma diam saja. Sebenarnya pengen langsung nyeletuk.
"Mas, kampus politeknik di mana ya?" kali ini si bapak nanya ke saya. Pertanyaan yang ditunggu-tunggu tiba.
"Oh masih di depan pak." Si bapak manggut-manggut.
"Lha, kalau kampus unhasnya di mana?" *Ghubrakkzzz* Ealahh, pak...pak, dari tadi sudah masuk kampus unhas lho pak. Kok ini bapak dan ibu tidak nyadar sih?
"Sekarang dalam kampus unhas pak. Itu gedungnya," menunjuk ke arah... waduh, gedungnya tidak keliatan. Gelap gulita.
"Kok lampu jalannya tidak ada mas?" si ibu bertanya.
Yang ditanya nyengir. "Lampu jalannya sih ada, tapi nggak nyala."
"Saya pernah ke kampus ui. Lampu jalannya bagus-bagus," lanjut si ibu.
"Eh, iya ya bu?"
"Kalau gelap begini, bisa pake buat pacaran dong," si ibu tertawa.
Asal jangan sampai di pakai berbuat mesum bu.
Malam hari melintasi kampus, serasa sedang melintasi hutan dalam perjalanan antar kota (hiperbola sedikit ;p ). Belum lagi dahan-dahan ki hujan yang berjatuhan di bahu jalan di saat musim hujan seperti ini. Pak sopir harus ekstra hati-hati. Duh, lama sudah lampu jalan di kampus unhas tidak menyala. Kapan bisa terang benderang ya? Semoga saja ada petinggi universitas hasanuddin yang ngebaca postingan ini. Pak rektor barangkali?

__________________________________

Update 18 Februari 2004

Lampu jalanan Unhas mulai menyala, yang masih gelap mulai depan politeknik makassar, ramsis, hukum sampai rumah sakit wahidin. Hanya ada satu lampu yang menyala.

posted by adhip @ dalam hening kata, kala 8:53 PM  
|
Friday, February 06, 2004
Sopir pete-pete

Susahnya jadi pelajar kalau lagi menunggu pete-pete (angkot). Ini yang saya alami dulu, sewaktu masih jadi pelajar. Alasan para sopir, karena ada ketentuan pelajar hanya membayar setengah harga. Jadi, mereka merasa merugi kalau mengambil pelajar. Terpaksa, walaupun ada ketentuan pelajar hanya bayar setengah, ya tetap saja bayar full. Biar bisa ikutan naik pete-pete. Yang lebih kasian lagi pelajar SD. Soalnya, mereka sudah pasti bayar setengah harga, dan para sopir dengan tega malas mengangkut.
Kemarin, tiga pelajar SD berdiri di tepi jalan. Ketiganya menjulurkan tangannya, isyarat ingin menggunakan jasa pete-pete. Pete-pete yang diharapkan, melaju begitu saja. Ketiga bocah itu tetap menjulurkan tangannya, saat pete-pete yang saya tumpangi, berjalan perlahan di belakang pete-pete sebelumnya. Mobil menepi dan berhenti. "Mereka kan mau sekolah, kasian kalau tidak ada yang mau ambil," ujar si sopir. What a kind pete-pete's driver.

posted by adhip @ dalam hening kata, kala 9:12 AM  
|
Tuesday, February 03, 2004
Apa ada yang tahu?

Suatu siang, empat hari yang lalu, di pagar pintu rumah terdapat selebaran kertas. Pizza hut rupanya. Terlepas dari paket menarik yang ditawarkan pizza hut dan foto-foto pizza yang menggiurkan, ingin tahu bagaimana selebaran ini menyebar. Sudah sering selebaran seperti ini sampai ke rumah, misalnya saja selebaran dari supermarket ternama yang menampilkan harga barang yang lagi diskon besar-besaran. Strategi penjualan? Seberapa besar peningkatan penjualan melalui strategi ini dibanding melalui iklan di media cetak atau elektronik? Atau strategi ini malah jauh lebih murah?

Dan, apa ada yang tahu siapa yang berkeliling dari satu rumah ke rumah lainnya menyebarkan selebaran ini? Bukankah para penyebar selebaran ini bisa saja tidak melakukan tugasnya, dan berbohong ke si pemberi order dengan mengatakan mereka sudah melakukan tugasnya dengan baik. Apakah mereka diawasi si pemberi order ketika menyebarkan selebaran ini? Dan si pembawa selebaran ke rumah saya, tentunya ia 'penyebar selebaran' ini orang yang jujur, amanah melaksanakan tugasnya. Di antara lelah menyambangi dari satu rumah ke rumah lainnya. Apakah salary yang ia peroleh setimpal dengan kejujuran dan sifat amanahnya, sesuatu yang semakin susah dijumpai?

posted by adhip @ dalam hening kata, kala 12:50 PM  
|
 
IntRo
selalu periksa keadaan batinmu
menggunakan Sang Raja dari hatimu
tembaga tidak pernah mengetahui dirinya tembaga
sebelum berubah menjadi emas
Matsnawi, Jallaluddin Rumi

DiRi
adhi/M/'79
-makassar-
menulis dan membingkai
pemimpi yang ingin mengenal tanah airnya lebih jauh
BaRugA MaKaSsaR

antarnisti
aes el barca
apiss
ardin
asri tadda
asrulsyam
batangase
blueveil
cikal61
Dg. Nuntung
dj di melbourne
essoweni
ichal
ichal di nangroe aceh darussalam
Ifool
imran
Irha
KotakJimpe
LelakiSenja
leo
mamie
nani
ntan
nyomnyom
Ocha
PasarCidu
Prof Mus
psycho-poet
pecandu buku
PuteE
RaRa
sukab
TalluRoda
TerbangBebas
Tri-Multiply
uchie


JenDeLa SapA

JenDeLa SaHabaT
i suppoRt
CataTaN SiLaM
KoTaK SiLaM
SeNanduNg
KeluArgA MayA
banner angingmammiri
BlogFam Community
BeruCaP TeRimaKasiH

Allah Maha Kuasa, pemberi hidup.
Ichal yang pertama kali memperkenalkanku pada dunia blog dan juga support plus kompienya yang siap diacak-acak,
BloggerCom buat layanan jasa gratisnya,
Isnaini.Com, buat script leotnya,
photobucket buat tempat menyimpan gambar dan foto,
dan juga karibku hitam abu - aswad - loboh yang senantiasa bersedia menjadi mata visual keduaku.

Affiliates
15n41n1