Thursday, February 12, 2004 |
Jejak-jejak yang tertinggal |
Siang di sebuah pusat perbelanjaan. Hampir sejam saya terlambat, memenuhi janji bertemu dengan seorang sahabat. Terburu-buru saya memasuki pusat perbelanjaan tersebut, mengikuti arus pengunjung yang cukup ramai. Dan ketika berada di depan dua lelaki, seorang memegang alat pembersih lantai dan seorang lainnya memegang kertas tebal yang ia gunakan sebagai kipas, refleks saya memandang ke lantai. Duh, jejak-jejak sepatu berwarna coklat dan hitam teringgal di lantai yang belum kering sempurna. Bukan hanya jejak saya, tapi juga jejak-jejak lainnya. Hanya sepotong kata maaf yang meluncur, dan saya segera bergegas meninggalkan mereka, menemui sahabat yang mungkin mulai jenuh dan kesal. Syukurlah, tumpukan buku di gramedia dapat mengatasi rasa jenuh dan kesalnya. Dari gramedia kami berpindah tempat. Sesaat saya melihat ke lantai dasar, ke arah dua lelaki tadi. Arus pengunjung yang semakin ramai, dan jejak-jejak alas kaki yang tertinggal. Maaf, seharusnya tadi saya memilih jalan lainnya. Dan bukannya meninggalkan jejak-jejak itu. Maap.
___________________________
Selasa pagi lalu, saat membuka rumah maya ini dan membaca pesan yang tertinggal dari dedy. Seorang sahabat, wiwi irawan, dalam keadaan kritis akibat terkena badai di gunung bawakaraeng. Segera saja mencari informasi terbaru tentang kondisinya ke beberapa rekan yang lain, tapi informasi yang didapat masih simpang siur. Alhamdulillah, siang harinya, dari teman-teman yang ikut mengevakuasi, kabar tentang wiwi menjadi jelas. Kondisi fisiknya saat itu sudah membaik. Dua sahabatnya, muhammad ikhsan hatta dan alawi hasymy faruki meninggal dunia. Semoga Allah melapangkan kuburan mereka, dan menerima segala amal baiknya.
|
posted by adhip @ dalam hening kata, kala 7:51 PM |
|
|
|
|
|