___NyanYiaN PeRjaLanaN___
Sunday, April 25, 2004
Hiatus

Hiatus. Ketika membaca kalimat ini sejak pertama kali menjelajah perkampungan blogger, terdengar begitu familiar. Ingatlah saya, kata ini sering saya dengar bahkan diucap saat mengikuti mata kuliah anatomi dulu. Artinya kurang lebih rongga atau kanal. Lalu, apakah arti hiatus saat kuliah dengan yang saya temukan di blog sama? Dari mana pula asal kata hiatus? Penasaran, saya membuka kamus inggris - indonesia, dan menemukan arti kata hiatus. Hiatus kb. rumpang, kekosongan, ruang kosong, ompong.
Jadi, apakah pemilik rumah maya yang berucap hiatus berarti sedang dalam kekosongan? Dari menjelajah pula, saya menyimpulkan arti hiatus yaitu, pemilik rumah maya untuk sementara waktu akan menghentikan aktivitas bloggingnya. Apakah kesimpulan saya ini salah?
Dan dari kesimpulan yang saya buat di atas, saya hendak hiatus.
Mohon maaf bila ada silap tuturkata saya selama ini yang tidak berkenan di hati para sahabat. Titip rumah maya saya.

------------------------------------------------
Semalam sms an sama teman yang tinggal di kota ambon, berkabar kekhawatirannya akan kerusuhan yang kembali akan meletup hari ini, saat perayaan RMS. Pagi hari terima kabar darinya, ambon masih tenang walau ada pengibaran bendera RMS. Pukul 16.50 wita (lagi ngenet) terima sms dari teman tersebut, kekhawatirannya menjadi nyata. ambon kembali rusuh, kembali memakan korban jiwa. Saat saya menghubunginya, ia sudah mengungsi di al-fatah.
Semoga saja kerusuhan di sana segera usai. Cukup sudah amarah, cukup sudah luka.

posted by adhip @ dalam hening kata, kala 3:20 PM  
|
Wednesday, April 21, 2004
Menjerat nyamuk

Gerah dan pengap. Ada baiknya menguak lebar daun jendela. Biar dingin malam leluasa menerobos masuk. Ingin pula bertopang dagu di bibir jendela, mendoyongkan badan melewati batas jendela. Niatan yang selalu urung. Teralis besi terpatri, terbaut kuat di sisi-sisi jendela. Ketakutan, kekhawatiran, kecemasan yang dimiliki mungkin saja menjadi alasan kenapa ia ada di situ. Ketenangan, kelegaan, mungkin juga akan timbul setelah ia ada. Dan secara sadar pula, kini ia memerangkap, memenjara, menghalang keinginan untuk sekedar melongokkan kepala, memandang keluar.
Dingin malam menyelusup celah-celah teralis. Bersama dengungan-dengungan menyelinap serta. Merelakan saat tetirahan ; memejam mata, melemas otot-otot kaku, melepas penat harus terganggu. Refleks, menajam saraf-saraf auditus, mengindra dalam gelap, dan tangan menepuk. Sesaat, mengingat akan masa-masa menjerat nyamuk, kecil dulu.

Kakak saya yang mengajarinya. Darimana kakak saya belajar, itu tidak saya ketahui. Sedikit tetesan minyak kelapa di atas permukaan piring kaleng atau plastik. Perlahan, piring digoyangkan ke kiri, kanan, depan, belakang, memutar. Mengusahakan tetesan minyak yang bergulir lamban menutupi seluruh permukaan. Jika ingin lebih cepat, cukup satu telunjuk membalur permukaan piring. Lalu, piring diayunkan, dikibas-kibaskan menepis udara. Berlomba, menghitung berapa banyak nyamuk yang telah terjerat. Piring terus dikibas-kibaskan. Berlari memburu nyamuk terbang lambat dengan perut membuncit kekenyangan. Menjerat nyamuk-nyamuk yang terbang bergerombol di atas kepala. Hingga muncul candaan, semakin banyak nyamuk terbang bergerombol di atas kepala, maka ia lah yang memiliki rambut paling bau. Apakah betul atau tidak, saya belum pernah membaca teori yang membenarkannya. Yang jelas, saya sering menjumpai nyamuk-nyamuk memilih warna gelap atau ruang-ruang gelap sebagai tempat beristirahat siang mereka.
Nyamuk-nyamuk yang terjerat, dibiarkan begitu saja. Tidak tahu akan diapakan. Tergelak bersama, ketika muncul celetukan untuk menggorengnya.

Dingin malam menyelusup celah-celah teralis. Bersama dengungan-dengungan hilang timbul mengalun di udara. Ah, sudah, lupakan saja menjerat nyamuk. Lupakan pula menyemprot pembasmi serangga dengan jendela-jendela yang terkuak lebar. Lupakan pula asap anti nyamuk bakar yang menyesak nafas. Lupakan saja membalur lotion yang terkadang memberi rasa panas di kulit. Dalam lelah yang sangat, mata kan terpejam cepat, berharap hilang lelah. Tanpa harus terusik dengungan-dengungan yang bersenandung riang. Memasrahkan nyamuk-nyamuk berpesta pora.

posted by adhip @ dalam hening kata, kala 5:37 PM  
|
Monday, April 19, 2004
Ada yang salah

sunyi berbisik;
ada yang salah,
tapi apa? di mana?
semua terlihat baik

sunyi menjerit;
ada yang salah,
ya, ada yang salah
lama sudah ia bersarang
lama sudah batin menghentakhentak
tapi duh
apa?
di mana?
sunyi membisu

*) mengapung dalam pusaran waktu

posted by adhip @ dalam hening kata, kala 7:24 PM  
|
Friday, April 16, 2004
Gerakan 7 Juta Doneeh.com

Buat para pengguna jasa doneeh.cOm ayo pada support doneeh...
dari halaman maya ini, doneeh bercerita...

Help Us, Help Other

Whehhe kenapa namanya gitu ? yah sebab sekarang gwe butuh kira2 7 juta untuk bulan pertama (sekitar 25 juta / tahun) untuk beli server dedicated baru buat doneeh.com. Gwe jelas gak bisa bebanin semua biaya ini ke member secara paksa, makanya disini gw mo galang donasi buat kelangsungan dari doneeh.com.

Ini server yang gwe mo beli :

Dual Intel Xeon 2.4 Ghz processors
RedHat Linux 9.0
cPanel/WHM 8.x
1 GB Registered ECC PC2100 266 Mhz DDR RAM
120 GB 7200rpm Drive with 8MB cache
SuperMicro motherboard, expandable to 8 GB RAM
600 GB Data Transfer per Month
4 IPs Included, $1/month each additional
Only $1/GB Additional Bandwidth
Managed Server, 24/7 Support

Kalo misalnya gwe bikin semua harus bayar supaya bisa pakai layanan doneeh.com, itu sama ajah gwe menyimpang dari tujuan utama doneeh.com yang berpedoman pada layanan free-service.

Nah kenapa butuh server baru ?
yah jelas butuh soalnya doneeh.com kan membernya tiap hari nambah, kebutuhan bandwith semakin gede dan kinerja server semakin tinggi, dengan server yang sekarang (yang di support oleh ARDHOSTING) sudah terlalu berat.Kemungkinan besar kalo misalnya gwe gak bisa dapetin dana ini, yah dengan berat hati terpaksa doneeh.com gwe tutup target gwe sih mungkin sekitar 2 sampai 3 bulan ini. Ini asli gwe butuh banget bantuan dari kalian kalian semua. Caranya ?

Financial Donation
Ini yang paling dibutuhin banget, dukungan dana dari kalian semua. Jumlahnya gak banyak kok, cuma sebesar Rp. 10.000 - Rp.20.000 (itung2 biaya member setahun kali ye huehue). Tapi yang namanya sumbangan kan bisa berapa ajah, terserah kalian yang mau nyumbang. Bagi yang berminat bisa transfer ke rekening ini :

BCA KCP Hasanudin
a/n : MOHAMMAD SYAFIUDDIN
acc : 523 006 9397


Kalo udah, bisa di konfirmasikan ke support@doneeh.com

Bagimana yang diluar negri ?
Untuk saat ini proses paypalnya masih belum aktif, mungkin dalam waktu dekat ini paypal doneeh.com bisa digunakan. Atau ada ide lain ?

Knowledge Donation
Buat kalian yang punya ide apa pun soal scripting, nyariin klien buat pasang banner di doneeh.com atau apapun yang kira-kira bisa bantu doneeh.com gwe ngarepin banget bantuannya.

Hmm apa lagi yah... kayaknya itu ajah dulu, tolong yah info ini di informasikan dan di sebar luaskan, dan tolong yang jago bahasa inggrisnya, halaman ini di translate ^^ gwe gak gape :D. Ayo semua,.. masa tega doneeh.com mati!

Doneeh
Saya hanya membantu


Ayo, rame-rame support doneeh.cOm yuk ^_^

posted by adhip @ dalam hening kata, kala 8:34 PM  
|
Thursday, April 15, 2004
Sepotong kecil kenangan bersama ayah

Selepas membaca postingan di halaman maya randi, mengingatkan saya akan potongan-potongan kenangan bersama ayah sewaktu kecil dulu. Sering, sewaktu kecil dulu, saya merasa lebih dekat dengan ibu dan merasa kurang dekat dengannya. Tapi bila diingat kembali, begitu banyak kegiatan yang saya lakukan bersamanya.

Kala malam, ia lah yang selalu mengingatkan saya untuk menyiapkan buku-buku catatan dan pelajaran untuk esok hari, ia lah yang bertanya tentang PR yang diberikan guru, dan ia pula yang membantu menyelesaikan PR matematika. Bahkan, bila saya betul-betul telmi, buntu, tidak bisa menyelesaikan, ia lah yang akan mengerjakan.
Satu yang berkesan bagi saya, ketika ayah mengeluarkan ide agar saya berkirim surat buat eyang. Dengan bersemangat saya menanggapinya. Berkirim surat buat eyang yang wajahnya pun saya tidak ingat –saat itu, terakhir bertemu dengan eyang pada saat berumur tiga tahun lebih- tentu akan menarik. Lalu saat akan memulai, saya tidak tahu apa yang akan saya tulis. Bingung, bertanyalah saya padanya, “Apa yang akan saya tulis?” Ia meminta saya untuk menceritakan kegiatan saya sehari-hari, tentang sekolah, pelajaran dan nilai yang diperoleh, teman bermain, semuanya. Tapi tetap saja saya tidak bisa menulisnya. Akhirnya, ayah lah yang bercerita, mendikte, dan saya menulis. Sesekali saya memotong, meminta untuk menceritakan ini itu dalam surat, dan ayah akan merangkai susunan katanya. Setelah surat selesai, menyisakan bagian lowong yang cukup luas, dan saya ingin memberi gambar di situ. Saya menjiplak gambar donald bebek, tapi hasilnya buruk. Tidak memuaskan bagi saya, dan saya kembali meminta ayah untuk menjiplak gambar tersebut. Hasilnya jauh lebih bagus. Untuk mewarnainya, itu bagian saya. Sampai larut kami melakukannya berdua. Ibu dan kakak lainnya sudah lebih dahulu terlelap.

Saya juga sering meminta ayah untuk membangunkan bila film manimal atau the a team tayang –film favorit di tvri waktu jaman SD dulu-, tapi lebih sering ayah alpa melakukannya. Tinggallah saya yang memberengut di pagi hari, karena itu berarti saya tidak bisa ikut bercerita bersama teman-teman lainnya. Kebiasaan membangunkan ini terus berlanjut menjelang ebtanas SD. Atas permintaan saya, pukul tiga dini hari, ia selalu berusaha membangunkan saya untuk belajar. Saya yang mengantuk, memang bangun, berpindah ke ruang tamu, membaca lalu kembali terlelap. Jika saja ayah lalai membangunkan, ia selalu mengucap sesal esok harinya. Padahal, tiap kali bangun, yang sesungguhnya terjadi adalah... ^_*

Pada waktu tertentu, saat hari pasar, ayah sering mengajak kami (saya dan kakak) berjalan-jalan, melihat ayam-ayam yang dijual, kadang juga pejantannya diadu, melihat nelayan yang baru menepi menurunkan ikan berwarna-warni. Membeli bolu gula merah bertabur kenari atau kue berbentuk orang-orangan yang bagian tubuhnya disumba merah dan hijau.

Sewaktu saya ingin memelihara ikan, ayah yang membuat kolamnya; menyusun bata, membuat adukan, memoles semen. Dan tentunya, dana buat membeli ikan hias berasal darinya. Begitu juga saat memelihara burung merpati, ia yang memaku kayu menjadi rumah-rumahan burung. Pun ketika muncul niat memelihara kelinci, ia yang membuat kandangnya. Tapi kali ini dengan syarat, saya harus berjanji membersihkan kandangnya. Tapi janji ditepati hanya diawal saja, selanjutnya, ayah lah yang lebih sering membersihkannya. Sedih juga, walau ayah sering membersihkan kandang, tetangga sebelah tetap mengeluh bau kotoran kelinci. Dengan sangat sedih dan terpaksa, kelinci yang telah beranakpinak itu harus diungsikan. Dipelihara teman ayah di kota kecamatan yang jauh dari rumah. Seminggu sekali, karena tugas, ayah ke sana. Mengabarkan keadaan si kelinci, yang pada akhirnya, gugur satu persatu :((
Ah, itu hanya sebagian kecil kenangan masa kecil bersamanya, dari begitu banyak kenangan lainnya. Mizz u dad.

posted by adhip @ dalam hening kata, kala 7:37 PM  
|
Thursday, April 08, 2004
Tic

tic [Per.] gerakan stereotipik, berulang kompulsif, dan involunter, yang menyerupai gerakan bertujuan karena gerakan ini terkoordinasi dan melibatkan otot-otot dalam hubungan-hubungan sinergetik normalnya; tic biasanya mengenai wajah dan bahu.(kamus kedokteran dorland)

Alis bergerak terangkat, kedua mata yang berkedip-kedip, kepala yang mengangguk berulang. Entah yang mana muncul terlebih dahulu, atau mungkin bersamaan. Jelasnya, gerakan-gerakan berulang, dengan waktu dan interval tertentu ini, saya alami pertama kalinya seusia kelas tiga bangku sekolah dasar. Dan ini sangat menyiksa saya. Karena muncul tiba-tiba, teori guna-guna pun berhembus. Menurut teori ini, ada orang yang meneluh bokap, tapi berhubung teluh tidak tembus, maka beralihlah ia mengenai saya. Tapi bokap mengatakan kelainan ini, menurut bahasanya disebut sawan. Karena faktor kebiasaan saja. Katanya, saya mengikuti gerakan-gerakan tersebut dari orang lain, mungkin saja bermaksud main-main atau malah mengejek, tapi fatalnya ini jadi kebiasaan. Teori yang ini saya bantah, tidak ada benarnya. Sesuai pintanya, saya mencoba untuk menahan si sawan. Tapi sama sekali tidak berhasil, tengkuk terasa kaku, mata terasa lelah. Dan tiap kali gerakan itu berulang, kepala mengangguk kompulsif, saya merasa letih dan susah untuk bernafas. Yang lebih kasihan lagi, juru foto separuh badan. Harus teriak-teriak memohon agar mata tidak berkedip-kedip.

Satu waktu, dari majalah wanita langganan nyokap, dikatakan gerakan-gerakan ini merupakan gangguan syaraf yang sering ditemui pada anak-anak. Disarankan pula untuk mengkonsumsi tauge, agar gangguan ini sedikit dapat teratasi. Esoknya, gado-gado menjadi sajian makan siang. Menurut nyokap, saos kacang manis akan menutupi rasa tauge yang menurut saya, terasa aneh. Tapi tauge berbumbu saos kacang itu tetap saja utuh, tidak terjamah. Dan si sawan pun dibiarkan begitu saja, karena terkadang ia menghilang dengan sendirinya. Hingga ketika tangan mulai ikut mengejang, menempellah beberapa kabel berwarna-warni di kepala. Dilakukan pemeriksaan bernama EEG. Alhasil, dugaan penyakit ayan tersingkirkan dengan sukses. Tidak ada yang dapat dilakukan lagi, si sawan kembali dibiarkan begitu saja. Kalau ingin menyerang, menyeranglah. Dan bila menghilang, hilanglah ia.

Dan beberapa waktu lampau, saran seorang sahabat :
+ di injeksi botox saja!
- sakit nggak?
+ gak tau, belum pernah ngerasain... hahaha... di poli saraf sudah ada.
- mahal ya?
+ tergantung. ternyata nggak sekali injeksi langsung hilang. ada yang tiga bulan terus injeksi ulang lagi. Ada juga yang enam bulan. siklus tiga bulan tiga ratus ribu, enam bulan ya enam ratus.
- ada efek sampingnya nggak ya? ngeri...
+ kalau itu nggak tau. tapi sudah agak banyak juga yang nyoba.
- di muka?
+ belum pernah lihat. yang pernah datang injeksi karena pergelangan tangannya kaku.
- ooo... dapat potongan harga nggak? mahal...
+ ya nggak tau pak...


Dan beberapa waktu yang lampau pula, saat sedang menilik sepatu-sepatu yang dipajang berjajar, gadis pelayan toko beringsut mundur. Mendekati temannya, lalu cekikik tertahan. Serius memperhatikan sepatu-sepatu, sama sekali saya tidak menyadari polah mereka. Barulah tahu ketika sahabat yang menemani menggamit lengan lalu berbisik, "mereka tadi nyeritain kamu. katanya kamu kecentilan, baru nanya harga sudah main mata."
Haa...? enak saja!!

Separah itukah akibatnya? Bagaimana jika kejadian seperti ini berulang, perempuan yang merasa digoda dan pasangannya salah pengertian pula? Bisa-bisa saya habis, dikira betul-betul kecentilan. Waduh!!

Lama sudah si sawan berbentuk tangan mengejang dan kepala mengangguk kompulsif hilang. Setelah sekian lama, tahulah pula saya, si sawan muncul bila saya terlalu letih. Tapi alis yang bergerak terangkat berulang dan sesekali mata tak henti berkedip, tetap saja ada.
Perlukah untuk injeksi botox?

posted by adhip @ dalam hening kata, kala 6:56 PM  
|
Tuesday, April 06, 2004
Tak ada noda di kesepuluh jari tangan

Hoii... pak! Tidak usah sampai melotot begitu. Tadi habis nyuci baju. Di rumah pakainya detergen yang super dzuper quick wash, dengan butiran-butiran gandanya mampu mengangkat noda, tuntas hingga pori-pori tersembunyi pun.

5 april '04 pukul 06 pagi lebih sedikit, waktu tamalanrea (baca bagian tengah waktu indonesia)
Bonyok di semarang interlokal.
+ sudah siap nyoblos?
- nggak, gak ada kartu pemilih.
+ jadi gak ada yang nyoblos?
- iya. ntar mau milih apa mi? pohon beringin lagi?
+ ah... nggak, apatis. PKS apa? cuman bingung, milih calegnya siapa?
- zuber syafawi saja...
+ siapa?
- nggak tau ding, nyoblos tanda gambarnya saja...
+ kalau presiden, mungkin SBY saja...


Belasan tahun yang lalu, saat masih duduk di bangku sekolah dasar. Pemilu tiga partai. Abang paling sulung, sibuk menggunting karton manila putih, mengikuti lekuk goresan pensil. Hasil akhir prakaryanya terlihat jelas, gambar lengan dengan tiga jari tertekuk dan dua lainnya -telunjuk dan jari tengah- mengacung. Emm... mungkin tugas sekolah, itu kan simbol Keluarga Berencana, dua anak cukup, pikir saya kala itu. Esok hari, barulah saya tau arti prakarya itu. Selepas sekolah, dijemput kedua orangtua dan juga rekan kantornya -tumben, pulang ngantor lebih awal-, dengan mobil daihatsu taft ikut dalam barisan konvoi. Ada banyak mobil truk yang mengangkut banyak orang pula, dan ada banyak motor. Berkonvoi hingga ke perkampungan -maklum, jika hanya kota saja terlalu kecil, tidak usah pakai kendaraan bermotor, cukup sepeda bahkan jalan kaki saja tidak akan memakan waktu yang lama-. Sebagian besar memakai kaos berwarna kuning, bergambar pohon beringin hijau. Mengacung-ngacungkan dua jari. Jari tengah dan telunjuk, seperti hasil prakarya abang kemarin, yang kini terekat di kaca pintu belakang mobil. Menutupi hasil karyanya sebelumnya, tulisan live aid dan sebuah bentuk yang tidak jelas (belakangan barulah saya tau, itu gambar benua afrika). Taulah saya, kalau mereka sedang mengadakan pemilu, katanya buat milih presiden. Tapi masa bodoh dengan penjelasan itu, keluar masuk kampung dalam barisan konvoi yang memanjang terasa sangat menyenangkan. Sambil mengacungkan dua jari tentunya.
Entah beberapa hari atau sepekan setelahnya, tontonan baru yang lebih mengasyikkan datang. Helikopter, tepat di tengah lapangan agung. Ini pertama kalinya saya melihat helikopter secara langsung, dan mungkin juga bukan saya saja. Karena ada banyak orang, duduk melingkar di tanah berumput, menatap helikopter yang dijaga tiga orang berseragam loreng lengkap dengan senjata. Dan malamnya, terasa lebih semarak. Di pelataran rumah jabatan bupati, ada rombongan pelawak yang biasa tampil di telivisi. Tapi sebelum mereka, ada wajah yang teramat sangat familiar, pun suaranya. Harmoko, ya... Harmoko. Wow, pidatonya (baca, orasi) berapi-api, begitu berkobar-kobar, teramat bersemangat. Dan semuanya seperti terkesima.

5 april '04 pukul 06 pagi lebih kuranglebih duapuluhdua menit, masih waktu tamalanrea.
Kakak di cikarang interlokal.
+ sudah mau berangkat ke tps ya?
- nggak, gak milih kok. gak kedaftar.
+ kenapa bisa?
- mungkin waktu pendataan rumah lagi kosong.
+ kenapa gak melapor? hiii... sayang-sayangnya...
- ya, mau di apa lagi. pilih apa nanti?
+ mau tau... rahasia dong.
- yee...


5 april '04 pukul 09 lebih duapuluhan, juga waktu tamalanrea.
Syarifah... panggil seorang panitia dengan menggunakan pengeras suara. Yang bernama Syarifah berdiri, berjalan tersenyum mengambil kartu suara lalu menuju bilik. Agak lama hingga ia keluar, lalu menuju kotak suara dan jari kelingking kiri bersemu ungu.

5 april '04 pukul 11 kurang kuranglebih lima menit, lagi-lagi waktu tamalanrea.
Kali ini telpon lokal dari seorang sahabat sewaktu sma. Roel. Cukup lama juga tidak bertemu, padahal masih satu kota ^_^
+ wei... ke rumahnya ko' aco, habis itu ke rumahku ko'! nanti sama-sama ketempatnya guntur, terus anci. sudah lama tidak ngumpul toh?. eh, sudah mo ko memilih kah?
- nggak.
+ golput ya?
- bukan pak, tidak kedaftar.
+ kenapa bisa? *suara ketawa*
eh, pergi mo ko' sekarang paengna (kalau begitu berangkat sekarang).


Hoii... pak. Masa' biar jari kaki diplototin juga? Gak mungkin lah nyelupin kaki ke dalam tinta. Sumpah pak, saya kesal banget gak bisa ikutin milih. Padahal pengen sekali nyoblos nomor 16.

5 april '04 sekitar pukul satu siang lebih seperempat, kali ini waktu barukang, paotere (baca, bagian tengah waktu indonesia)
Eh, Roel, situ nyoblos apa?
PKS dong.
Calegnya?
Tidak kutau, saya ambil yang namanya bawah-bawah. Kau Aco?
PKS ji' juga.
Tiga-tiganya?
Ah, tidak. Yang pusat sama DPRD I. DPRD II nya saya ambil PDK.
Siapa kau tusuk DPD?
Siapa di'? Bawah-bawah ji' juga namanya.
Saya ku pilih Kahar Muzakkar. Ka' keren-keren ki' di dengar namanya.
Sudah bapak-bapak. Cukup ceritanya. Saya tambah kesal pak, pengen banget ikutan nyoblos. Nomor enambelas. Huhuhiks T_T


______________________________________
pagi tadi, dengar cerita teman lainnya, di pondokan nomor enambelas menang disusul sama si duapuluh, di satu tps perumdos unhas tamalanrea si tigabelas unggul disusul sama enambelas. Dan pohon beringin masih menguning di kota makassar. Demikian sekilas pandang dari kota makassar.

*) postingan kali ini sangat-sangat bersifat subyektif semata, mohon maaf kalo gak berkenan di hati. maapin ye...

posted by adhip @ dalam hening kata, kala 7:14 PM  
|
 
IntRo
selalu periksa keadaan batinmu
menggunakan Sang Raja dari hatimu
tembaga tidak pernah mengetahui dirinya tembaga
sebelum berubah menjadi emas
Matsnawi, Jallaluddin Rumi

DiRi
adhi/M/'79
-makassar-
menulis dan membingkai
pemimpi yang ingin mengenal tanah airnya lebih jauh
BaRugA MaKaSsaR

antarnisti
aes el barca
apiss
ardin
asri tadda
asrulsyam
batangase
blueveil
cikal61
Dg. Nuntung
dj di melbourne
essoweni
ichal
ichal di nangroe aceh darussalam
Ifool
imran
Irha
KotakJimpe
LelakiSenja
leo
mamie
nani
ntan
nyomnyom
Ocha
PasarCidu
Prof Mus
psycho-poet
pecandu buku
PuteE
RaRa
sukab
TalluRoda
TerbangBebas
Tri-Multiply
uchie


JenDeLa SapA

JenDeLa SaHabaT
i suppoRt
CataTaN SiLaM
KoTaK SiLaM
SeNanduNg
KeluArgA MayA
banner angingmammiri
BlogFam Community
BeruCaP TeRimaKasiH

Allah Maha Kuasa, pemberi hidup.
Ichal yang pertama kali memperkenalkanku pada dunia blog dan juga support plus kompienya yang siap diacak-acak,
BloggerCom buat layanan jasa gratisnya,
Isnaini.Com, buat script leotnya,
photobucket buat tempat menyimpan gambar dan foto,
dan juga karibku hitam abu - aswad - loboh yang senantiasa bersedia menjadi mata visual keduaku.

Affiliates
15n41n1