Thursday, April 15, 2004 |
Sepotong kecil kenangan bersama ayah |
Selepas membaca postingan di halaman maya randi, mengingatkan saya akan potongan-potongan kenangan bersama ayah sewaktu kecil dulu. Sering, sewaktu kecil dulu, saya merasa lebih dekat dengan ibu dan merasa kurang dekat dengannya. Tapi bila diingat kembali, begitu banyak kegiatan yang saya lakukan bersamanya.
Kala malam, ia lah yang selalu mengingatkan saya untuk menyiapkan buku-buku catatan dan pelajaran untuk esok hari, ia lah yang bertanya tentang PR yang diberikan guru, dan ia pula yang membantu menyelesaikan PR matematika. Bahkan, bila saya betul-betul telmi, buntu, tidak bisa menyelesaikan, ia lah yang akan mengerjakan.
Satu yang berkesan bagi saya, ketika ayah mengeluarkan ide agar saya berkirim surat buat eyang. Dengan bersemangat saya menanggapinya. Berkirim surat buat eyang yang wajahnya pun saya tidak ingat –saat itu, terakhir bertemu dengan eyang pada saat berumur tiga tahun lebih- tentu akan menarik. Lalu saat akan memulai, saya tidak tahu apa yang akan saya tulis. Bingung, bertanyalah saya padanya, “Apa yang akan saya tulis?” Ia meminta saya untuk menceritakan kegiatan saya sehari-hari, tentang sekolah, pelajaran dan nilai yang diperoleh, teman bermain, semuanya. Tapi tetap saja saya tidak bisa menulisnya. Akhirnya, ayah lah yang bercerita, mendikte, dan saya menulis. Sesekali saya memotong, meminta untuk menceritakan ini itu dalam surat, dan ayah akan merangkai susunan katanya. Setelah surat selesai, menyisakan bagian lowong yang cukup luas, dan saya ingin memberi gambar di situ. Saya menjiplak gambar donald bebek, tapi hasilnya buruk. Tidak memuaskan bagi saya, dan saya kembali meminta ayah untuk menjiplak gambar tersebut. Hasilnya jauh lebih bagus. Untuk mewarnainya, itu bagian saya. Sampai larut kami melakukannya berdua. Ibu dan kakak lainnya sudah lebih dahulu terlelap.
Saya juga sering meminta ayah untuk membangunkan bila film manimal atau the a team tayang –film favorit di tvri waktu jaman SD dulu-, tapi lebih sering ayah alpa melakukannya. Tinggallah saya yang memberengut di pagi hari, karena itu berarti saya tidak bisa ikut bercerita bersama teman-teman lainnya. Kebiasaan membangunkan ini terus berlanjut menjelang ebtanas SD. Atas permintaan saya, pukul tiga dini hari, ia selalu berusaha membangunkan saya untuk belajar. Saya yang mengantuk, memang bangun, berpindah ke ruang tamu, membaca lalu kembali terlelap. Jika saja ayah lalai membangunkan, ia selalu mengucap sesal esok harinya. Padahal, tiap kali bangun, yang sesungguhnya terjadi adalah... ^_*
Pada waktu tertentu, saat hari pasar, ayah sering mengajak kami (saya dan kakak) berjalan-jalan, melihat ayam-ayam yang dijual, kadang juga pejantannya diadu, melihat nelayan yang baru menepi menurunkan ikan berwarna-warni. Membeli bolu gula merah bertabur kenari atau kue berbentuk orang-orangan yang bagian tubuhnya disumba merah dan hijau.
Sewaktu saya ingin memelihara ikan, ayah yang membuat kolamnya; menyusun bata, membuat adukan, memoles semen. Dan tentunya, dana buat membeli ikan hias berasal darinya. Begitu juga saat memelihara burung merpati, ia yang memaku kayu menjadi rumah-rumahan burung. Pun ketika muncul niat memelihara kelinci, ia yang membuat kandangnya. Tapi kali ini dengan syarat, saya harus berjanji membersihkan kandangnya. Tapi janji ditepati hanya diawal saja, selanjutnya, ayah lah yang lebih sering membersihkannya. Sedih juga, walau ayah sering membersihkan kandang, tetangga sebelah tetap mengeluh bau kotoran kelinci. Dengan sangat sedih dan terpaksa, kelinci yang telah beranakpinak itu harus diungsikan. Dipelihara teman ayah di kota kecamatan yang jauh dari rumah. Seminggu sekali, karena tugas, ayah ke sana. Mengabarkan keadaan si kelinci, yang pada akhirnya, gugur satu persatu :((
Ah, itu hanya sebagian kecil kenangan masa kecil bersamanya, dari begitu banyak kenangan lainnya. Mizz u dad.
|
posted by adhip @ dalam hening kata, kala 7:37 PM |
|
|
|
|
|