___NyanYiaN PeRjaLanaN___
Thursday, March 25, 2004
Kemana perginya?

Dari mana datangnya?
Gampang, runut mundur saja.
Kepala mendongak. Memandang langitlangit, memandang lampu. Memandang kerumunan di sekitar bohlam limapuluh watt. Ada yang diam, ada yang terus bergerak. Kerumunan itu berasal dari satu barisan. Ada yang datang ada yang pulang. Dan ketika berpapasan, entah apa yang mereka lakukan. Mungkin bersalaman, mungkin berangkulan, bahkan mungkin saling berciuman; karena terlihat seperti itu. Kembali merunut mundur barisan yang datang, mengikuti barisan yang pulang. Berjalan dengan tubuh terbalik melawan gravitasi di langitlangit, lalu menukik ke bawah di dinding kayu, lalu menghilang di antara celah kecil kayu. Kemana?
Dari sana asalnya, dan pasti mereka membangun kerajaannya di dalam sana.
Kenapa? Mengapa malam hari?

Tubuh berwarna merah jingga, entah kaki atau tangan, berjumlah tiga pasang, berukuran lebih besar dari sesama marganya. Saya dulu pertama kali mengenalnya dengan nama semut rang-rang. Mereka seperti penguasa, menguasai pohon jambu air di halaman depan si kembar rio dan roi. Buah warna merah jambu, kulit licin mengkilap, menggiurkan. Harus berhati-hati bila memetik secara memanjat pohon, jika tidak ingin tergigit para penguasa itu. Lebih aman menggunakan galah bambu, walau tetap saja harus menepuknepukkan buah jambu ke tembok pagar. Agar mereka terlepas dari buah. Menguasai seluruh pohon, berjalan melingkari batang, dahan, ranting, dedaun, kembang dan buah. Di dahan paling pucuk, mereka merekatkan dedaunan menjadi satu, entah bagaimana caranya. Menjadi rumah rupanya, tempat tinggal yang nyaman, kerajaan bagi koloni mereka. Tapi itu kala pagi, siang, sore. Malam, saya tidak tahu, apakah mereka tetap berjalan melingkari batang, dahan, ranting, dedaun, kembang dan buah? Aneh saja rasanya menggalah buah jambu di malam hari. Selain tidak jelas terlihat, takut nanti di teriakin... pencuri...

Mereka masih berkerumun di sekitar bohlam limapuluh watt. Ada yang diam ada yang bergerak. Dengan gesit dan cekatan, entah tangan atau kaki, menangkap serangga kecil yang terbang sekitar bohlam. Dengan sayapnya mungkin coba berontak. Tapi mungkin juga, gigitan dan cengkeraman itu begitu kuat, belum lagi bantuan serangan dari rang-rang lainnya. Diam. Ada yang berhasil lepas, terbang, jatuh di atas meja persegi atau menimpa lima tubuh yang duduk di empat sisi meja. Seperti refleks, satu tangan yang tidak memegang kartu, menepis atau menjentiknya.

Kerumunan itu berasal dari satu barisan. Ada yang datang, lalu menebar mengitari bohlam. Mereka seperti penguasa. Cicak saja takut mendekat bohlam, hanya menunggu, berharap ada serangga kecil yang tersesat menjauhi cahaya. Kenapa tidak menyantapnya saja? mungkin rang-rang tidak enak, atau mungkin panas, seperti api, melepuh lidah?

Kerumunan itu berasal dari satu barisan. Ada yang pulang, berjalan dengan tubuh terbalik melawan gravitasi di langitlangit, lalu menukik mengikuti bidang dinding kayu. Ada serangga kecil dalam cengkeraman kokoh gigi atau taring. Menghilang di celah kecil dinding kayu. Seperti apa kerajaan mereka di dalam sana? Apakah ada dedaun yang terekat satu sama lain? Dan ini bukan pagi, siang atau sore. Tapi malam.

Langit biru, sebagian menyisakan awan jingga dan gelap perlahan hilang. Bintang-bintang kasat mata, terkalahkan benderang matahari. Saatnya memadamkan lampu yang menyala semalaman. Mendongak, memandang bohlam limapuluh watt, memandang langitlangit. Sepi, lengang. Tidak ada kerumunan. Kemana perginya?
Sudahlah, malam nanti mereka akan datang kembali, juga malam esok, esoknya lagi, esoknya lagi-lagi-dan lagi. Sampai kau merasa terbias, dan mungkin lupa untuk menanyakannya lagi. Sekarang, bersihkan saja meja persegi dari (maap) kotoran cicak yang menimpanya. Ups, tunggu. Biarkan saja mengering dulu terkena angin. Akan lebih mudah membersihkannya, dan juga baunya berkurang.
Emmm... kemana perginya kunangkunang di siang hari?

kala letih meraja *tzzsaahhh* bawaannya jadi ngelantur mulu :p gegegeg.... pala masih sering puyeng nyut.. nyut.. nelan analgetik malas, paling cuma bisa ngilangin sebentar

posted by adhip @ dalam hening kata, kala 7:03 PM  
|
 
IntRo
selalu periksa keadaan batinmu
menggunakan Sang Raja dari hatimu
tembaga tidak pernah mengetahui dirinya tembaga
sebelum berubah menjadi emas
Matsnawi, Jallaluddin Rumi

DiRi
adhi/M/'79
-makassar-
menulis dan membingkai
pemimpi yang ingin mengenal tanah airnya lebih jauh
BaRugA MaKaSsaR

antarnisti
aes el barca
apiss
ardin
asri tadda
asrulsyam
batangase
blueveil
cikal61
Dg. Nuntung
dj di melbourne
essoweni
ichal
ichal di nangroe aceh darussalam
Ifool
imran
Irha
KotakJimpe
LelakiSenja
leo
mamie
nani
ntan
nyomnyom
Ocha
PasarCidu
Prof Mus
psycho-poet
pecandu buku
PuteE
RaRa
sukab
TalluRoda
TerbangBebas
Tri-Multiply
uchie


JenDeLa SapA

JenDeLa SaHabaT
i suppoRt
CataTaN SiLaM
KoTaK SiLaM
SeNanduNg
KeluArgA MayA
banner angingmammiri
BlogFam Community
BeruCaP TeRimaKasiH

Allah Maha Kuasa, pemberi hidup.
Ichal yang pertama kali memperkenalkanku pada dunia blog dan juga support plus kompienya yang siap diacak-acak,
BloggerCom buat layanan jasa gratisnya,
Isnaini.Com, buat script leotnya,
photobucket buat tempat menyimpan gambar dan foto,
dan juga karibku hitam abu - aswad - loboh yang senantiasa bersedia menjadi mata visual keduaku.

Affiliates
15n41n1