Friday, June 11, 2004 |
Lebih duapuluhtahun yang lalu |
Semalam, sebuah pesan singkat diterima :
Assalam, ces. Sori, sy lg di pkmku kmrn, tdk ada sinyal di sn... Skrg sy di luwuk...
Luwuk, segera saja ingatan saya melayang ke masa kanak-kanak, lebih 20 tahun yang lalu. Akan sebuah kota kecil, tempat kali pertama melengkingkan tangis, tempat kali pertama memijak bumi. Hanya lima tahun pertama dari perjalanan hidup hingga kini, namun begitu banyak gambar terekam. Yang kini menelusup dalam benak, menjelma kerinduan. Kerinduan akan kota kecil dengan bukit-bukit hijaunya. Memungut buah keranjang yang merambat liar di ladang jagung. Aroma jagung bakar warung-warung tepi jalan bertebing, dengan kerlipan lampu pemukiman dari kejauhan kala malam. Curug kecil, sungai berbatu dengan air yang mengalir bening, riak ombak tepian laut di kilometer sembilan. Menikmati sekumpulan ikan belanak, berenang lincah di antara akar-akar bakau.
Gambar-gambar yang masih terekam jelas. Menelusuri jalanan becek dalam pasar tradisional, dengan sapaan riang penjual tomat, yang tak lain tetangga depan rumah. Kota dengan kenangan akan gadis kecil berambut kepang, serta kisah kecebong yang malang. Gambar-gambar masih saja terus bermunculan, seperti potongan-potongan film yang tidak akan habis diputar.
Semalam, saya berfantasi memiliki kemampuan menembus dimensi ruang. Menuju sebuah kota kecil, lebih duapuluh tahun yang lalu belum pernah terjejak kembali. Menapak tilas akan masa lalu.
Apakah engkau masih seramah dahulu?
|
posted by adhip @ dalam hening kata, kala 1:04 PM |
|
|
|
|
|