Wednesday, June 09, 2004 |
05 06 04 |
Sehari selepasnya
Wajah-wajah di panggung pelaminan terlihat bahagia. Dua keluarga ditautkan dalam satu ikatan pernikahan. Kedua mempelai tampak begitu sumringah. Senyum tak lepas dari wajah. Berdiri, menjabat hangat satu persatu barisan tetamu; para kerabat, sahabat, dan mungkin pula sebagian besar tetamu yang baru untuk kali pertama bersua wajah.
Di satu sudut ruang resepsi, celoteh dan candaan para sahabat akan satu kisah kembali berulang. Satu kisah yang entah darimana berhembus. Satu kisah yang masih diragukan keabsahannya. Bagaimana tidak? Sang obyek dalam cerita, mati-matian membantah kebenaran kisah tersebut.
Alkisah, satu siang nan terik di sebuah terminal angkot. Putri mendapat titah menjemput ayahanda tercinta. turut pula Arjuna menemani Putri. Satu kesempatan bagi Arjuna untuk bersua dan memperkenalkan diri pada ayah mertua, kelak. Saat dinantikan tiba, Putri larut dalam kerinduan yang sangat. Sejenak melupakan Arjuna. Arjuna, yang hanya tergugu, mengambil inisiatif membantu mengangkut barang bawaan ayah mertua, kelak. Putri masih saja larut dalam kerinduan, terlupa akan Arjuna yang hendak diperkenalkan pada ayahanda. Kembali, Arjuna berinisiatif. Memberanikan diri mengulur tangan, menawarkan jabatan hangat. Ayahanda, dengan sigap merogoh saku celana, bersiap memindahtangan lembaran ribuan. Aiiihhh... ayah, ia bukan kuli angkut, tapi... tukas Putri tersipu malu.
Pun dengan Arjuna. Seperti yang tergambar dalam kisah, yang sekali lagi entah berhembus darimana, wajah Arjuna bersemu merah ungu.
Barisan tetamu tidak begitu ramai lagi. Sesekali, memberi kesempatan pada kedua mempelai duduk, merelaksasi otot-otot tungkai yang lelah. Sesekali waktu pula, Arjuna tampak membisik di telinga Putri. Bersambut sipuan malu Putri. Adakah kisah lalu itu menjadi absah kini?
Celoteh dan candaan di sudut ruang terhenti. Suara lantang MC meminta para sahabat menuju pelaminan, berbaris, berderet, mengapit kedua mempelai. Senyum ya..., satu... dua... tiga... klik.
Hei Arjuna, masihkah kisah lalu itu diragukan kebenarannya? Hahaha...
PS : Gembul, tetamunya rame banget, mbok ya saya dikasih komisi 10% ^_^ hehehe...
|
posted by adhip @ dalam hening kata, kala 7:19 PM |
|
|
|
|
|