Thursday, July 08, 2004 |
Instan |
Sarapan : segelas sereal instan dicampur coffemix
Siang : mi instan dalam gelas styrofoam, seduh dengan air panas
Rembang petang : sebungkus cappucino instan, menemani celoteh sahabat pun tv
Malam : agak repot sedikit; merejang air, menuang mi instant. cukup tiga menit, sesuai petunjuk. biar tetap kenyal, jangan sampai lembek. buang sisa air, tiriskan, lalu aduk jadi satu semua bumbu hingga merata. siap saji. di kemasan, tertulis mi instan goreng, dan memang tampak seperti mi goreng. tapi sama sekali dalam penyajiannya, unsur menggoreng tak terlibat satupun. ingin lebih lengkap, konsumsi nutrisi serat instant. sesuai dengan petunjuk ahli gizi. emmm...
Instan. Tampak begitu mudah dan sederhana. Begitu pula yang saya bayangkan selama ini, dalam hal pekerjaan. Didapatkan dengan gampang (jika perlu datang dengan sendirinya), serta harapan penghasilan yang besar tentunya. Dan ketika itu jauh dari bayangan, saya memilih untuk merutuk. Alpa berucap syukur akan apa yang telah saya peroleh saat ini. Tanpa tersadar pula, ada begitu banyak fragmen yang mencengangkan, dari sebuah perjuangan hidup.
"...Saya pun tercekat oleh kenyataan, bahwa persoalan menjaga kelangsungan kehidupan adalah sebuah perjuangan. Dan perjuangan itu bukan sekedar masalah kalah atau menang. Bukan pula cukup dinilai dengan predikat sukses atau gagal. Sebab menjalani kehidupan adalah perkara menghikmati setiap guliran waktu saat mata, hati dan pikiran terjaga."
(ditilik dari Hati memar-memar, dieja abhi rhay)
|
posted by adhip @ dalam hening kata, kala 11:11 AM |
|
|
|
|
|